|
|
Pendidikan Kelas Dunia? |
|
| | |
|
Metodologi Bermutu |
|
|
| |
|
Karakter & Anti-Korupsi |
|
| Pendidikan Karakter adalah seperti Pendidikan Anti-Korupsi, masalah-nya adalah kita tidak belajar moral, sifat-sifat, dan karakter kita di kelas, maupun dari mata pelajaran di kelas. Kita belajar karakter dan kebiasaan korupsi dari lingkungan kita. Kita mencerminkan lingkungan kita...
Pembelajaran karakter adalah seperti Pembelajaran Anti-Korupsi hanya dapat berhasil kalau pembelajaran-nya sesuai dengan kenyataan-nya yang mereka menyaksikan dilakukan oleh ortu dan lingkungan yang luas, khusus pemerintah kita (yang sangat terkenal untuk korupsi). Misalnya, Apakah KPK Serius?
Jadi kalau ingin menjaga moral dan karakter anak-anak kita hanya ada satu cara kan? Ya itu Membenarkan Lingkungan Kita.
Re: "Sayangnya orang yang harusnya mengajarkan anak2 masih belum bisa mengajari dirinya sendiri,.."
Memang hanya ada satu cara untuk meningkatkan mutu guru kan? Yaitu guru-guru harus profesional dan mulai bertanggungjawab untuk meningkatkan kemampuan dan mutu-nya sendiri (seperti guru di negara lain), Ayo, Menjadi Guru Profesional!
Mengapa kita terus melaksanakan Pelatihan Guru Di Luar Sekolah? Apakah benar "Pelatihan Guru, Yang Sangat Rentan Dengan Praktik Korupsi"? (Berita Atas kanan) Apakah Cara Yang Kita Melaksanakan Pelatihan Guru Sekerang Termasuk Salah Satu Kegiatan Yang Dapat Merusakkan Moral Guru?
Ikut Diskusi... | |
|
100 Kunjungan Terakhir |
|
|
| |
|
|
|
|
|
Situs ini diharap menstimulasikan diskusi mengenai Metodologi Pelatihan Guru
Semoga Sukses Ikatan Guru Indonesia (IGI) dari Pendidikan.Network. Semoga Bersama Kita Dapat Menuju Guru dan Pendidikan Yang Bermutu dan Mencapaikan Tujuan Bangsa Yang Cerdas.
Kami di Pendidikan.Network ingin membantu mengimplementasikan program pendidikan bermutu (dari KemDikNas) "Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM)," secara nasional. PAKEM sudah terbukti berhasil di ribuan sekolah di Indonesia tetapi sampai sekarang hanya dilaksanakan secara efektif di sebagian kecil sekolah kita karena jumlah SDM yang diperlui untuk melaksanakan pelatihan secara langsung di hampir 300.000 sekolah tidak terjangkau. Beberapa tantangan lagi adalah guru-guru kurang mengerti keuntungan dari prosesnya karena banyak guru sendiri kelihatannya belum mengalami pembelajaran-aktif maupun kontekstual waktu mereka belajar, jadi niat guru untuk merubah kelihatannya adalah rendah, sama rendah dengan kemampuan mereka untuk melaksanakan pembelajaran-aktif.
Cara kami untuk membantu melaksanakan perkembangan mutu pendidikan adalah oleh nemberdayakan guru-guru di lapangan dengan informasi yang tepat dan dapat dimanfaatkan secara langsung.
Program kami untuk meningkatkan mutu guru adalah berbasis keadaan di lapangan (dapat mulai di semua sekolah di seluruh daerah sekarang) maupun menggunakan strategi-strategi yang memengarah ke Guru Yang Profesional, yaitu Guru Yang Mau Bertanggungjawab dan Aktif untuk Meningkatkan Kemampuan dan Profesionalisme Sendiri (Guru Yang Dapat Mandiri - Meningkatkan Profesionalisme Secara Swadaya). Kalau guru kita tidak dapat mandiri, bagaimana kita dapat berharap pelajar kita dapat mandiri?
Di Indonesia kita mendorong konsep "Life-Long Learning", Apakah Guru Sendiri Tidak Dapat Belajar Secara Mandiri? Apakah ini masalah dengan mutu guru kita, atau masalah yang diulangkan terus karena mind-set dan paradigma Pelatih Guru kita? Siapa yang paling beruntung dari kegiatan-kegiatan pelatihan guru? Kalau kita menuju guru kreatif dan profesional, pelatih-pelatih guru kita juga harus sangat profesional (menganalisa dan mencari solusi-solusi yang lebih baik dan profesional) Mengapa kita terus melanjutkan strtategi-strategi yang gagal dan tidak mungkin dapat dilaksanakan secara rutinitas untuk semua guru kita?
Kami sudah menyaksikan bahwa pelatihan yang dilaksanakan di luar sekoloah (yang tidak mengkaitkan semua stakeholders) terus gagal karena itu kebudayaan sekolah yang seringkali menggagalakan rencana untuk perubahan. Menggunakan ICT dan Internet untuk pembelajaran secara nasional tidak rialistik, kan?, maupun mengancam mutu pendidikan kita, kan?. Internet sendiri dapat menambah tantangan dan tidak efektif menghadapi isu-isu penting terkait Pelajar Yang Cerdas, kan? Maupun kayaknya "Facebook Sebabkan Mahasiswa Malas dan Bodoh". Bagaimana Dengan Siswa-Siswi Sekolah?.
Website kami sebagai sumber informasi untuk membantu meningkatan pengertian terhadap isu-isu perkembangan guru, juga downloads kami sebagai salah satu strategi untuk menyampaikan bahan pembelajaran ke Guru Pembina Perkembangan Sekolah (guru yang sudah cukup berpengalaman dengan Pembelajaran-Aktif). Kita tidak menggunakan ICT dalam proses pembelajaran karena proses meningkatkan mutu guru perlu pembelajaran-aktif, yang hanya dapat dilaksanakan oleh guru. Bahan kami dimanfaatkan oleh guru pembina untuk melaksanakan program perkembangan mutu pendidikan dengan semua guru yang mau berpartisipasi. Untuk sekolah yang belum dapat mengakses Internet (atau belum ada listrik :-) bahan-bahan dapat disampaikan lewat pos biasa.
Teknologi Canggih Hanya Sebagai Distraksi Dari Isu Yang Betul Penting - Metodologi!
Kami mendukung Program Peningkatan Mutu Berbasis-Sekolah yang sangat Rialistik, Terjangkau dan Menuju Profesionalisme (Perkembangan Mutu Tanpa Batas).
Dengan strategi begini kita dapat memanfaatkan teknologi secara efisien dan efektif, dan tidak mengancam kreativitas yang terkait dengan metodologi e-Learning atau Multi-Media-Based Learning, maupun tidak membuang waktu guru, guru-nya tidak terpaksa mengakses atau mendownload bahan secara masing-masing (atau belajar online). Metodologi ini juga sesuai dengan prinsip-prinsip pembelajaran aktif (Di-Implementasikan Secara Aktif).
Di Indonesia, pada umum, kita sudah lama mengutamakan pengetahuan, yang dipercaya adalah indikator kecerdasan bangsa. Tetapi selama beberapa tahun terakhir ini kami sudah terpaksa menghadapi beberapa isu yang mengancam perkembangan negara kita termasuk Jumlah Pengangguran, Lulusan Kita Kurang Kreatif, Inovatif, dan Tidal dapat Mandiri, dan isu-isu seperti Moral dan Karakter Bangsa - yang hanya dapat diatasi oleh pendidikan yang Holistik, Relevan dan Berarti.
Kita sudah membaca banyak informasi dari luar negeri mengenai konsep "Knowledge-Based" Society yang diterjemahkan menjadi Society "yang Berbasis-Pengetahuan". Tetapi pengetahuan saja, tanpa pikiran kritis, kemampuan analisis, sintesis, inovasi, dan kreativitas, dll. yang dikembangkan oleh pendidikan yang bermutu jelas tidak dapat mencapaikan bangsa yang cerdas.
Kita kayaknya tidak memperhatikan faktor utama di negara-negara lain yang mendukung konsep "Knowledge-Based Society", yaitu, mereka terus melaksanakan metodologi pembelajaran yang mengajak dan mengembangkan bangsa yang cerdas dan mampu menggunakan "knowledge" secara efektif, yaitu "Pembelajaran-Aktif dan Kontekstual" (PAKEM), yang adalah fondasi perkembangan SDM (manusia yang berkualitas, yang diberdayakan oleh pendidikan yang "Holistik dan Relevan").
Kita sudah puluhan tahun menyaksikan bahwa program-program berbasis pelatihan guru di luar sekolah-nya gagal meningkatkan kemampuan guru secara signifikan (sampai mutu pendidikan kita sudah menjadi krisis). Mengapa begini? Isu utama adalah motivasi guru untuk ikut program-program pelatihan begini (pada umum) adalah ekstrinsik (misalnya tinggal di hotel mewah, makanan disediakan, juga insentif eksrinsik yang lain-lain), bukan motivasi yang intrinsik yang mengutamakan profesionalisme. Juga seringkali guru-guru yang ikut kegiatan di luar sekolah bukan guru yang terbaik atau mampu utuk mengimplementsikan perubahan (Change) dan gagal.
Isu kedua adalah kebudayaan di sekolah guru-nya sendiri yang seringkali tidak mendukung perubahan (kemajuan), jadi setelah program pelatihan sudah selesai mereka kembali ke sekolahnya dan terus melaksanakan pembelajaran sesuai kebudayaan sekolah (tanpa kemajuan).
Kami sangat mengerti bahwa "kita dapat mengantar kuda ke sungai, tetapi kita tidak dapat memaksakan kuda-nya minum". Jadi supaya kita adalah hemat dan efisien anggaran dan SDM kita, kita akan terfokus kepada sekolah-sekolah yang ingin mengarah ke Sekolah Berstatus "Sekolah Berkualitas".
Dan karena tantangan yang sangat penting seringkali adalah kebudayaan sekolah yang melawan perubahan, kita juga meminta persetujuan dan dukungan oleh Kepala Sekolah di sekolah masing-masing sebelum kita akan membagi SDM ke sekolah-sekolah.
Semua guru di seluruh Indonesia dapat ikut melaksanakan program kami karena program kami adalah Berbasis-Swadaya, program-nya berlangkah-langkah (sederhana), dan dapat diakses oleh Internet di warnet saja atau dapat dikirim lewat pos. Tetapi kami tidak dapat menjaminkan bantuan oleh SDM kami kepada sekolah yang tidak memberi komitmen bahwa mereka ingin maju dan siap merubah.
Kami adalah sangat konsern dengan perkembangan SDM bangsa kita dan kemajuan negara, dan kepercayaan kami sangat didukung oleh saran Wakil Menteri Pendidikan Nasional Profesor Fasli Jalal....
"JAKARTA, KOMPAS.com - Proses belajar-mengajar di sekolah kerap membosankan dan tidak menyenangkan karena guru yang terlalu dominan di ruang kelas.
"Siswa tidak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan pendapat yang berbeda sehingga mematikan kreativitas siswa." -- Fasli Jalal
"Siswa tidak diberikan kebebasan untuk mengekspresikan pendapat yang berbeda sehingga mematikan kreativitas siswa," kata Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal dalam diskusi panel Pendidikan Profesi Guru di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Sabtu (4/12/2010)"
Apakah kita mungkin dapat berharap anak-anak kita akan Aktif (maupun Pro-Aktif), Kreatif, dan Mampu Berkontribusi Kepada Perkembangan Indonesia dengan Pembelajaran-Pasif?
(Situs Perkembangan Profesional Secara Swadaya)
Kunci-nya untuk mencapaikan mutu pendidikan yang Tingkat Dunia adalah Pembelajaran-Aktif (Student-Centred) dan Kontekstual.
Kami Sedang (dalam proses) Menulis Isi-nya Untuk Sektor Pendidikan Masing-masing.
Isinya Situs Ini Dibuat Oleh Phillip Rekdale (Pendidikan Network). Situs ini tidak terkait dengan Organisasi IGI
|
|
|
|
|
Jantung Pembelajaran? |
|
|
| |
|
Sekolah Bertaraf Nasion'l |
|
|
| |
|
|
| |