Langsung ke konten utama

MONYET....antara kau & AKU!






Dialog imajiner ini sebenarnya adalah monolog antara manusia dengan "sifat monyet" di dalam dirinya yang terjadi di dalam sebuah cermin.




MONYET : Saya heran kenapa ada manusia yang dipanggil manusia monyet, atau ada manusia yang dimaki "monyet lu". Sedangkan monyet tidak ada yang di panggil monyet manusia atau ngga ada monyet yang diejek "manusia lu".

MANUSIA : Pertanyaan kamu sebetulnya sebuah ejekan buat saya manusia. Karena kalau kamu dipanggil monyet manusia atau dibilang "manusia lu" berarti kamu lebih baik dari kondisi kamu sekarang. Itu berarti pujian. Sedangkan bila kami manusia dipanggil "manusia monyet" itu berarti kami makhluk jadi-jadian karena menuntut ilmu pesugihan monyet. Atau bila kami dimaki "monyet lu" berarti kami ini berwajah mirip monyet atau berkelakuan seperti monyet.

MONYET : Tapi manusia sangat senang mengajari kami perbuatan seperti manusia. Kami dilatih menari, membawa payung, belanja ke pasar, main musik dan lain-lain. Bahkan anak manusia sangat senang menonton kami yang memperagakan gaya dan penampilan seperti manusia dan mereka menyebutnya "topeng monyet". Menurut pendapat kami seharusnya pertunjukan kami itu disebut "topeng manusia", karena kami kan berkelakuan dan berpenampilan seperti manusia. Kalau manusia berkelakuan seperti monyet baru disebut "topeng monyet" karena manusianya berpenampilan seperti monyet.

MANUSIA : Itulah manusia, merasa lebih mudah memonyetkan orang atau monyet, daripada memanusiakan monyet atau manusia.

MONYET : Wah, saya jadi pusing mendengar penjelasan Anda. Tapi ngomong-ngomong manusia sendiri lebih senang melihat monyet yang mirip manusia atau manusia yang mirip monyet ?

MANUSIA : Tentu saja lebih senang melihat monyet yang mirip manusia karena terlihat lucu dan menghibur. Sedangkan apabila melihat manusia yang mirip monyet bisa menakutkan. Bisa jadi banyak orang yang akan lari menjauh karena ketakutan.

MONYET : Kenapa takut ?

MANUSIA : Karena manusia itu cerdas dan pintar, apabila manusia berkelakuan seperti monyet, berarti orang cerdas dan pintar dengan kelakuan dan akhlak yang buruk, licik dan jahat, sebuah perpaduan yang sangat berbahaya dan susah untuk disembuhkan. Monyet khan suka mencuri alias tidak bisa melihat yang bukan haknya nganggur, langsung comot saja. Monyet juga serakah, tidak cukup apa yang dipunyai masih mau mengambil yang lain. Tidak cukup dua tangan sudah berisi penuh, masih mengambil dengan kedua kakinya. Untuk menambah cadangan harta, yang di tangan dan di kaki dimasukkan ke dalam mulut semua, setelah itu tangan dan kaki mengambil lagi.
Coba kamu bayangkan seandainya kecerdasan dan kepintaran berpadu dalam diri seorang manusia dengan sifat-sifat jelek monyet tadi. Pasti akan menakutkan dan membahayakan kelangsungan hidup manusia lainnya. Dan manusia itu akan lebih jelek dari seekor monyet yang asli.

MONYET : Kalau begitu saya sangat bersyukur telah diciptakan Tuhan sebagai monyet. Sehingga apabila saya meniru manusia, saya bahkan mendapatkan pujian sebagai binatang cerdas dan disenangi banyak orang. Daripada manusia yang meniru kelakuan dan perbuatan kami, akhirnya akan dicaci dan dimaki banyak orang dengan umpatan : MONYET, LU !!!

Postingan populer dari blog ini

PROCEDURE TEXT : How to make ONDE-ONDE

This good for someone who can not make a cake "Onde-Onde", and this instructions how to make ONDE-ONDE from Denanyar cuisine , here we share the recipe with different flavor: GREENBEAN INSIDE Leather Material: 250 g sticky rice flour 25 gr sago flour ½ teaspoon salt ¼ teaspoon vanilla 15 gr sugar Btr 1 egg 150 ml warm water 100 gr sesame cooking oil Contents: 100 gr green beans, peeled 75 gr sugar Pandan leaves 1 ¼ teaspoon salt ¼ teaspoon vanilla 50 ml coconut milk How to make: 1.Contents: steamed green beans until cooked and tender. Lift, then blend while hot. Combine the green beans with sugar, pandan leaves, salt, vanilla and coconut milk, mix well. Cook over low heat until the dough can dipulung content. Chill. Take the contents of 10 g dough, then round it off. Set aside. 2. Skin: mix rice flour, sago flour, salt, vanilla, sugar and egg mix well. Pour warm water little by little, while diuleni to be dull and dipulung, set aside. 3. Take 15 g dough skin, pipihkan. Put t

DESCRIPTIVE TEXT.......MOUNT BROMO

by Darju Prasetya from Tuban, East Java Climbing mountains is my hobby. I really love this hobby because we can enjoy the beautiful landscape created by God. We can also refresh our mind after we work all day in the city. One of the most beautiful and magical mountains in East Java which I have visited is Mount Bromo. It is located in Probolinggo Regency not far from the Malang Regency. You know that this mountain is very interesting because you can see the beautiful sunrise and sunset from this mountain. You can take a magical picture from the sky above this mountain. Beside that you can see the beautiful or large field or what the Bromo people call ‘Lautan Pasir’ or ‘The Desert Sea’. It is very beautiful if you see from the top of Mount Bromo. On the top of Mount Bromo, there are also a ‘Kawah’ or ‘Crater’, where visitors can make their body warm in the cold conditions of this mountain. In this crater you can see some beautiful colors of fire and beautiful smoke going up to the sky.

ORANGTUA DAN MORAL ANAK KITA

Peran Orang Tua Sebagai Pendidik Moral Ibu adalah orang yang paling dekat pada anak. Ia merupakan orang yang pertama yang mengajarkan cara berbicara, cara menghitung jari di tangan, dan cara mengekspresikan rasa kasih sayang dan simpati pada orang lain. Dengan demikian ia merupakan guru pertama dan utama dalam mengendalikan anaknya untuk menjadi orang yang baik dan berguna bagi orang. Kemudian ayah juga harus menjadi orang yang pertama atau orang nomor dua dalam kehidupan anak sebagai pendidik anak dan membimbingnya tumbuh menjadi anak yang sehat dan cerdas. Menjadi orang yang berguna seperti kata Rasullullah SAW: khairunnas anfahum linnas- orang yang baik adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Namun dari kenyataan dalam hidup ini terlihat bahwa jutaan kaum bapak tidak tahu dan tidak mau tahu soal mendidik anak. Mereka terlalu menyerahkan urusan mendidik anak pada kaum ibu. Sebagian menganggap bahwa kalau ikut mendidik dan merawat anak maka karakter maskulin mereka akan merosot.