Dialog imajiner ini sebenarnya adalah monolog antara manusia dengan "sifat monyet" di dalam dirinya yang terjadi di dalam sebuah cermin.
MONYET : Saya heran kenapa ada manusia yang dipanggil manusia monyet, atau ada manusia yang dimaki "monyet lu". Sedangkan monyet tidak ada yang di panggil monyet manusia atau ngga ada monyet yang diejek "manusia lu".
MANUSIA : Pertanyaan kamu sebetulnya sebuah ejekan buat saya manusia. Karena kalau kamu dipanggil monyet manusia atau dibilang "manusia lu" berarti kamu lebih baik dari kondisi kamu sekarang. Itu berarti pujian. Sedangkan bila kami manusia dipanggil "manusia monyet" itu berarti kami makhluk jadi-jadian karena menuntut ilmu pesugihan monyet. Atau bila kami dimaki "monyet lu" berarti kami ini berwajah mirip monyet atau berkelakuan seperti monyet.
MONYET : Tapi manusia sangat senang mengajari kami perbuatan seperti manusia. Kami dilatih menari, membawa payung, belanja ke pasar, main musik dan lain-lain. Bahkan anak manusia sangat senang menonton kami yang memperagakan gaya dan penampilan seperti manusia dan mereka menyebutnya "topeng monyet". Menurut pendapat kami seharusnya pertunjukan kami itu disebut "topeng manusia", karena kami kan berkelakuan dan berpenampilan seperti manusia. Kalau manusia berkelakuan seperti monyet baru disebut "topeng monyet" karena manusianya berpenampilan seperti monyet.
MANUSIA : Itulah manusia, merasa lebih mudah memonyetkan orang atau monyet, daripada memanusiakan monyet atau manusia.
MONYET : Wah, saya jadi pusing mendengar penjelasan Anda. Tapi ngomong-ngomong manusia sendiri lebih senang melihat monyet yang mirip manusia atau manusia yang mirip monyet ?
MANUSIA : Tentu saja lebih senang melihat monyet yang mirip manusia karena terlihat lucu dan menghibur. Sedangkan apabila melihat manusia yang mirip monyet bisa menakutkan. Bisa jadi banyak orang yang akan lari menjauh karena ketakutan.
MONYET : Kenapa takut ?
MANUSIA : Karena manusia itu cerdas dan pintar, apabila manusia berkelakuan seperti monyet, berarti orang cerdas dan pintar dengan kelakuan dan akhlak yang buruk, licik dan jahat, sebuah perpaduan yang sangat berbahaya dan susah untuk disembuhkan. Monyet khan suka mencuri alias tidak bisa melihat yang bukan haknya nganggur, langsung comot saja. Monyet juga serakah, tidak cukup apa yang dipunyai masih mau mengambil yang lain. Tidak cukup dua tangan sudah berisi penuh, masih mengambil dengan kedua kakinya. Untuk menambah cadangan harta, yang di tangan dan di kaki dimasukkan ke dalam mulut semua, setelah itu tangan dan kaki mengambil lagi.
Coba kamu bayangkan seandainya kecerdasan dan kepintaran berpadu dalam diri seorang manusia dengan sifat-sifat jelek monyet tadi. Pasti akan menakutkan dan membahayakan kelangsungan hidup manusia lainnya. Dan manusia itu akan lebih jelek dari seekor monyet yang asli.
MONYET : Kalau begitu saya sangat bersyukur telah diciptakan Tuhan sebagai monyet. Sehingga apabila saya meniru manusia, saya bahkan mendapatkan pujian sebagai binatang cerdas dan disenangi banyak orang. Daripada manusia yang meniru kelakuan dan perbuatan kami, akhirnya akan dicaci dan dimaki banyak orang dengan umpatan : MONYET, LU !!!